Selasa, 31 Oktober 2017

Mendalami Pemilih Pragmatis

Menang pileg bukan sebuah pilihan tapi harus di pastikan. Tiada pilihan lain dalam pemilu legislatif selain anda menang. Apakah menang pileg akan diraih dengan banyak uang? Belum tentu. Apakah menang pileg akan dirah dengan banyak saudara?Belum Tentu. Apakah menang pileg karena se agama, sesuku?Belum tentu.

Mengenal lebih dalam mengenai kelompok-kelompok pemilih maka akan bisa memilah mana strategi dan langkah yang tepat untuk masing-masing kelompok pemilih. Langkah pertama sejak jauh-jauh hari adalah mendalami kelompok mereka satu persatu. Mengapa? Karena mereka memiliki motivasi yang berbeda. Motivasi yang berbeda membutuhkan pendekatan dan langkah yang berbeda pula.

Persiapkan segala hal sebelum bertempur. Pengetahuan yang tepat akan sangat membantu dalam proses pemenangan. Semakin lengkap pengetahuan pemenangan maka sangat memungkinkan bisa memilih strategi mana yang paling tepat dan paling besar memberikan pengaruh.

Strategi dan langkah harus memberikan efek daya ajak yang besar. Dan ini mustahil bisa dilakukan tanpa pengetahuan. Terbukalah terhadap pengalaman-pengalaman pemenangan dan jangan sombong menutup diri. Pengetahuan pemenangan memungkinkan bisa mempertajam langkah pemenangan anda. Mau atau tidak menemukannya. Sempat atau sibuk. Ciptakanlah alasan-alasan yang menjadikan anda terus melakukan langkah bagi pemenangan anda. Semoga tulisan ini dan tulisan yang anda temukan di halaman-halaman selanjutnya di blog ini bisa menemani selama perjalanan pemenangan anda. Diantara pengetahuan yang sangat vital adalah pola perilaku sosial politik pemilih dalam menjatuhkan pilihannya.

Anda tak asing dengan sebutan pemilih pragmatis, betul? Pragmatis-pragmatis-pragmatis....kata ini sangat akrab dalam kosa-kata demokrasi di negara kita. Pemilih pragmatis dalam pemilu selalu saja ada dan menjadi bagian yang beberapa daerah mendominasi pemilu.

Apa sih pemilih pragmatis. "Saya mau memilih kalau ada caleg yang ngasih duit". Ini pragmatis. (Pragmatis individu) "Saya akan memilih siapa saja yang ngasih amplop paling besar." Ini pragmatis. (Pragmatis individu)."Kalau jalan di bantu di cor maka kita akan memilih caleg tersebut."Ini pragmatis. (Pragmatis kolektif). "Kalau organisasi kita dikasih dana buat bikin seragam kita coblos caleg tersebut." Ini pragmatis. (Pragmatis kolektif). Banyak lagi contoh lainnya.

Disebut pragmatis, karena pilihan akan ditentukan sesaat sebelum berangkat ke TPS. Kelompok ini tidak perlu yang namanya kriteri caleg, layak atau tidak layak,cerdas atau tidak cerdas, bercitra baik atau buruk, dsb. Seklai-kali tidak. Yang mereka lihat adalah siapa yang akan memberi sesuatu sebelum hari pencoblosan. Suara diberikan berdasarkan pada transaksi material yang diperoleh sebelum memilih. Pemilih pragmatis menanti sesuatu untuk menjatuhkan pilihannya. Siapa yang ngasih sebelum hari H, maka dialah yang akan di pilih. Bila banyak yang ngasih maka masuk ke pertimbangan berikutnya, siapa yang ngasih paling besar, siapa yang paling dekat, siapa yang paling berjasa. Tapi syaratnya ia harus ngasih dulu ke calon pemilih barulah pertimbangan berikutnya mulai menjadi pertimbangan.

Maka anda bisa melihatnya dengan sederhana bahwa pemilih pragmatis adalah mereka yang akan memilih bila diberi sesuatu SEBELUM hari PEMILIHAN.

Hanya saja bila ada banyak caleg yang melakukan strategi pragmatis, melakukan money politik, maka kekuatan strategi ini menjadi lemah sehingga belum tentu caleg akan dipilih.

Pragmatis akan mematikan demokrasi karena para pemilih akan memilih karena pemberian sebelum pencoblosan. Pragmatis akan menguntungkan para pemilik modal besar yang melihat keuntungan besar dibalik kemenangan seorang kandidat yang ia dukung.

Ini pasti rakyat yang salah! Eit...tunggu dulu.

Jangan biasakan lah untuk mudah menyalahkan pihak lain. jangan gampangan menyalahkan mereka yang tidak banyak mengerti kekuasaan, yang tidak banyak mengerti tentang politik.

Dalam pemilih ada pemilih ada politisi (yang dipilih). Bagaimana politisi dalam proses pemenangan. Jangan pintar menyalahkan tapi pandai bercermin. Apakah politisi saat pemenangan tidak menyebar uang, tidak menyebar janji? Bila ya, maka inilah sebenarnya akar dari masalah munculnya pragmatis. "Uang datang sendiri, masa sih di tolak, nyari saja belum tentu dapat!"INi mungkin kata yang mereka ucapkan.

Bagaimana proses rekrutmen caleg?Bagaimana kaderisasinya?Bagaimana iklim di internal partai?apakah partai menjadi tempat tumbuh suburnya politisi baru? Bila nyaleg saja harus keluar uang belasan atau puluh-puluh juta dengan dalih apapun, ini tentu menjadi pertimbangan kuat bahwa modal harus kembali. Maka dengan apapun caranya sang caleg harus menang. Karena jaringan tidak punya, massa yang pasti tidak tahu yang mana maka dilakukanlah money politik. Jadi justru yang yang melakukan pragmatis adalah politisi.

Bagaimana anggota legislatif saat menang?Apakah setelah menang sembunyi dair para tim suksesnya yang dulu memenagkannya?Apakah tidak lagi turun ke lapangan secara rutin seperti saat ia meminta untuk di coblos, atau tenggelam di telan bumi tak pernah nongol walau selewat? Jika benar maka inilah akarnya sehingga pemilih menganggap "politisi kalau menang mereka lupa". maka muncullah skeptis, sinis dan cara pandang tentang pemilu "Yang penting merasakan apa yang diberikan poitisi sebelum pemilu, karena setelah pemilu mereka biasanya lupa." "Lebih baik menerima pemberian walau bersifat sesaat daripada tidak mendapatkan apapun setelah ia menang”. Justru sikap politisi buruk semaca inilah yang memicu munculnya pemilih pragmatis.

Maka jangan salahkan rakyat. Menyalahkan itu mudah tapi bercermin lalu memperbaiki memang susah. Tapi bagaimanampun harus dilakukan. Buang saja calon-calon politisi jongkok pemikiran, jongkok pengetahuan, jongkok kepedulian, jongkok skil, sambil membenahi proses kaderisasi.

Partai dan pendiri partai, juga senior-senior yang berkuasa dipartai jangan menanam bibit kecemburuan dan perpecahan dengan "memilih-menyeleksi-mengangkat" kader politiknya. Ini kalau bukan pragmatis, apa sebutannya. Jadi Partai juga melakukan pragmatis.

Di atas pragmatis, di bawah pragmatis, prosesnya juga pragmatis. Maka jadilah semua pragmatis. Ternyata eh ternyata.....yang diatas sudah sangat terlihat aroma berebut kursi, eh..eh..eh....tetap merasa diri tidak pragmatis. Pemegang kuasa di partai menutup mata atas kenyataan ini dan merasa dirinya sangat suci,sehingga sudah tercium kentut pun masih saja tak mau ngaku. Tapi entahlah..........narik napas panjang dulu ah.

Oh ya.....

Ada ebook yang bisa anda dapatkan Gratis untuk anda bawa pulang dan dibaca dirumah sambil nyantai. Klik disini, lalu silahkan pilih sesuai dengan Judul yang anda inginkan. semoga bermanfaat.

Salam dari saya.

Sunaryo Sariudin S.Pd.
*Ketua Tim Sukses Caleg pada pileg 2009, hasil 1 kursi, suara 5.400.
*Penulis buku : Buku Menang Cemerlang Tanpa Uang Merebut Kursi Legislatif
* blog : https://menangpemilulegislatif.blogspot.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga Artikel Berikut Ini :

Bagaimana supaya Anda menang di PILEG bergantung dari anda membangun AUDIEN ANDA SENDIRI dan membangun DAYA AJAK yang kuat. Bagaimana Caranya?


Silahkan baca artikel-artikel pemenangan PILEG berikut ini :

  1. Persiapan Menyeluruh Untuk Pemenangan Anda di PILEG
  2. Inilah Penyebab Proses Pemenangan Dilakukan Serampangan
  3. Mau Nyaleg? Sempatkan Untuk Mempelajari Situasi dan Iklim Di Internal
  4. 12 Wilayah Rahasia Ini Jarang Semua Di Garap Caleg Dalam Marketing Politik
  5. Buku ini awalnya hanya untuk catatan pribadi saat jadi ketua tim sukses pileg 2009
  6. Mau Nyaleg? Sempatkan Untuk Mempelajari Situasi dan Iklim Di Internal
  7. Fenomena Partai Yang Seharusnya Jadi Cambuk Bikin Terus Perbaikan Internal Tanpa Kecuali
  8. Cari Pengurus Partai Ternyata Sulit. Bisa-bisa Kelimpungan
  9. Buku : Kunang-kunang Pemenangan Pemilu
  10. Inilah Penyebab Proses Pemenangan Dilakukan Serampangan
  11. Mendalami Pemilih Pragmatis
  12. Bagi Caleg Kendala Vital Untuk Menang Pileg Sebenarnya Hanya Satu
  13. Jangan Salah Pendekatan, Efeknya Fatal Untuk Kemenangan Sang Caleg
  14. 10 Bahaya Pragmatis Yang Mungkin Jarang Dipikirkan Serius Efeknya Sangat Berbahaya
  15. Semua Inti Tulisan Pemenangan Pileg Tentang Hal Ini, Apa Saja?
  16. Bila Nyaleg Jangan Kalah Sama Tukang Sayur Keliling
  17. Bukan Yang Terbaik Tapi.....
  18. Asyikkkk!!!!Tulisan Saya Di Muat dan Di Sebar
  19. Cara Menang Mutlak di Pileg
  20. Persiapan Menang Nyaleg Di Pileg 2019
  21. Berbekal Sejak Dini, Dengan Strategi Pemenangan Yang Ampuh
  22. Mendalami 2 Jenis Pemilih Pragmatis, Anda Jangan Terperangkap
  23. 6 Penyebab Yang Menjadikan Terpaksa Harus Pragmatis
  24. 5 Hal Ini Sepertinya Harus Ada Pada Caleg Supaya Tak Beresiko Besar
  25. Caleg Harus Siaga Diri Mengamankan Diri, Aman dari Sisi Ini

============================

Lanjutkan ke SESI 2 : Klik disini!

-------------------------------------------------