Ketua DPD setelah pencalonan dirinya sebagai Wakil Bupati, yang biasa sering berkomunikasi, entah mengapa paska kekalahannya dalam perhitungan KPU, tidak lagi berkomunikasi. Termasuk pun sekjennya yang sangat sering bertandang ke rumah mengikuti jejaknya, yang perlahan kemudian juga tak melakukan kontak.
Selang belasan hari menjelang penutupan pendaftaran partai ke KPU, tiba-tiba menanyakan kabar via WA. Komunikasi pun terjadi. Kami bertanya kabar. Saling balas. Tetapi saya mengira pasti ada sesuatu. Ternyata benar. Tak lama kemudian meminta bantuan kepada saya untuk kembali turun memberi dukungan. Saya langsung terdiam dan tidak merespon permintaan. Ia pun tidak lagi mengirim pesan WA nya kepada saya. Komunikasi pun selesai.
Cikarang pusat, diakui oleh BUPATI maupun WABUP saat rapat disebuah hotel, mengatakan. Adanya tim Cikarang Pusat merupakan kebahagiaan buat mereka. Mengapa?Karena mereka tidak punya tim di cikarang pusat. Keberadaan kami menjadi angin segar yang setidaknya bisa menambah mesin pemenangan di wilayah cikarang pusat. Lumayan. Meskipun tak ada uang buat NGEBOM (Money Politik), dapat suara sekitar 2.500.
Sebenarnya mereka juga mengetahui bahwa jaringan kami ada di beberapa kecamatan. Dalam rapat pertemuan denganWABUP juga mereka datang. Pun begitu pada rapat koordinasi jelang pemenangan untuk menyamakan persepsi.
Lagi, tak hanya cerita di atas. Pengurus partai, sekjen DPD partai, datang kerumah, hanya saja sat itu saya sedang di bengkel. Istri saya menelphon bahwa ada beliau bersama satu temannya yang juga pengurus. Singkat cerita, maksud kedatangannya minta tolong supaya saya menjadi pengurus partainya karena butuh untuk persiapan pendaftaran partai jelang pemilu 2019. Ia terus terang kerepotan untuk mendapatkan pengurus. Belum beberapa kecamatan yang masih gelap kepda siapa ia harus membangun kontak, setidaknya untuk menggali informasi. Kenal saja tidak meski dengan satu orang di daerah yang dimaksud. Dengan halus saya menolak.
Maka ia meminta saya bantuan untuk mencarikan siapa saja teman saya, khususnya rekan-rekan saya. Mungkin ia pernah menyaksikan langsung dab bertemu dengan beberapa rekan-rekan saat di pemilu.
Apakah partai yang lain juga sama? Ini pertanyaan besar mengingat kedua pengurus partai tadi adalah di level dewan pimpinan daerah. Apakah ini menunjukkan gambaran yang bisa mewakili fakta untuk semua partai?Semoga saja tidak.
Jelang pileg juga demikian. Di Pileg 2009, salah seorang yang tercantum namanya sebagai caleg bertamu ke rumah, intinya minta bantuan. Saya saat itu tidak turun membantu pemenangan siapa pun meskipun banyak dari rekan-rekan yang bertanya, kemana dukungan kita akan di arahkan. Padahal ada caleg yang pernah di dukung naik kembali, tapi saya memilih diam.
Untuk menjawab keraguan, saya sampaikan, silahkan mau pilih siapa saja, terserah. Saya rehat dulu. Untuk pilihan politik, saya sendiri, demi menghargai sang caleg maka saya memberikan suara saya ke dia, karena saat bertamu ke rumah, saya mengatakan tidak akan terjun mendukung siapa pun. Tetapi saya berjanji akan mencoblonya. Saya tidak tahu istri saya memilih siapa, yang jelas saya tidak menyarankan istri saya harus mencoblos siapa.
Apakah bagi anda ini aneh?Buat saya ini sangat aneh. Mereka datang saat butuh. Basgunya sih membangun kemitraan jangka panjang. Setidaknya bisa memelihara komunikasi. Apakah mereka tidak belajar mengenai target mereka di tengah calon pemilihnya?Mereka harus dikenal, harus di sukai, dan akhirnya calon pemilih bersedia memilihnya. dan semua itu ada elemen-elemen tindakan yang membentuk masing-masing target tadi.
Kemudian, apakah mereka tidak mendalami bahwa calom pemilih memiliki perilaku sosial politik dan motivasi yang mendorongnya untuk menentukan pilihan? Ada pemilih Pragmatis, ada pemilih Sosiologis, ada pemilih Psikologis, ada pemilih Rasional. Semua bisa didalami dan masing-masing memiliki unsur-unsur yang menentukan terjadinya motivasi memilih.
Ini seharusnya di pahami, di dalami, dan melakukan langkah-langkah untuk mencapai 3 target di atas (dikenal, disuka, dipilih) di dalam masing-masing prilaku pemilih tadi (Pragmatis-Sosiologis-Psikologis-Rasional).
Semoga saja bocoran peristiwa sederhana ini menjadi perhatian untuk senantiasa bisa memperbaiki diri.
Tulisan ini tak hendak menggurui, hanya sekedar untuk berbagi meskipun saat saya mengatakan 'berbagi' dalam hati mengatakan kepada diri sendiri 'apa yang hendak kau bagi, kamu bukan siapa-siapa, politisipun bukan'.....tapi .....saya katakan lagi, 'siapa tahu tulisan ini ada yang membutuhkan dan bermanfaat'.
Terima kasih sudah membaca.
Bila ada manfaatnya bantu share tulisan ini ya!!:):):)
Salam dari saya.
Sunaryo Sariudin S.Pd.
*Ketua Tim Sukses Caleg pada pileg 2009, hasil 1 kursi, suara 5.400.
*Penulis buku : Buku Menang Cemerlang Tanpa Uang Merebut Kursi Legislatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar