Rabu, 01 Mei 2013

Penelitian Ilmiah Penggunaan Strategi Kemenangan Dalam Pemilu

Semakin banyak literatur mengenai bagaimana menggiring suara masyarakat untuk memilih Anda tentu memudahkan Anda untuk menggunakan strategi mana yang tepat. Pengetahuan ini mungkin dapat mengasah radar kepekaan kita untuk menentukan strategi mana yang akan digunakan karena beda wiayah mungkin beda strategi.

BAB II
KERANGKA TEORI
II. Tinjauan Pustaka

2.1 Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Secara keseluruhan ada yang menjadi pilihan peneliti yang diangap cukup relevan untuk diajukan sebagai rujukan bagi penulisan penelitian ini.

Adapun penelitian terdahulu tersebut adalah: Andri Yono, 99 193 042, Ilmu politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas, Judul Skripsi: Strategi Dewan Pimpinan Wilayah Partai Bulan Bintang dalam Pilkada 2005 di Sumatera Barat, maka dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa strategi yang digunakan PBB dalam pilkada 2005 di Sumatera Barat adalah Strategi Ofensif dan defensif. Strategi Ofensif yang dilakukan oleh PBB adalah melakukan survey ke masyarakat untuk mengetahui calon seperti apa saja yang diinginkan oleh masyarakat, hal ini bertujuan agar didapat figure pemimpin yang cocok bagi masyarakat tersebut. Disamping itu PBB juga membentuk tim sukses yang berguna untuk memperkuat calon figure calon yang diusungnya.

Disamping strategi Ofensif tersebut, PBB juga melakukan strategi Defensif, yaitu dengan jalan melakukan kaolisi dengan partai lain di daerah yang menurut PBB dukungan terhadap calon yang diusung mereka tidak maksimal.

Disamping itu, PBB juga melakukan konsolidasi antara DPW dengan DPC, DPAC serta tingkat ranting agar tidak terjadi kesalah pahaman dilapangan nantinya. Selanjutnya skripsi Febi Leofano. Skripsi S1.

Strategi Politik Tim Sukses Gamawan Fauzi-Marlis Rahman Dalam Meraih Kemenangan Pada Pilkada Sumatera Barat Tahun 2005 di Kota Padang. Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas, Padang. Berdasarkan hasil penelitian, dapat digambarkan dalam meraih kemenangan, Tim Sukses Gamma menggunakan strategi umum, yaitu:

segmentasi, terbagi 2: segmentasi geografik, tim sukses Gamma menggunakan segmen kecamatan dengan membentuk tim sukses di tiap-tiap kecamatan, segmentasi demografik, dimana tim sukses memanfaatkan peran kelompok simpatisan untuk mensosialisasikan pasangan kepada segmen-segmen yang terdapat pada masyarakat. Strategi targetting, dengan merangkul tokoh masyarakat sebagai simpatisan dan juga sebagai tim sukses secara langsung.

Strategi positiong yang dilakukan adalah dengan melakukan kampanye simpatik dan menampilkan isu yang berbeda dengan pasangan lainnya. Strategi lain yang digunakan tim sukses adalah menggunakan peran masing-masing partai untuk mempertahankan massa, kemudian isu yang cenderung disampaikan kepada masyarakat adalah figur dari pasangan dan prestasi yang telah diraih Gamma, selain itu, Tim sukses memanfaatkan peran media massa dalam mensosialisasikan pasangan kepada masyarakat.

Mustiqa Maiwan Darman, 03193031, skripsi dengan judul Identifikasi Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Pilihan Masyarakat Terhadap Figur Calon Walikota Kota Padang Periode 2008-2013.

Hasil dari penelitian ini adalah penganalisaan Chi-Square dan Coeficient of Continguency, peneliti menemukan bahw agama adalah faktor dominan mempengaruhi perilaku memilih masyarakat kota Padang terhadap figur calon walikota kota Padang mendatang, dengan nilai koefisien kontingensi kedua variabel adalah sebesar 0,415 yang berarti hubungan kedua variabel merupakan hubungan positif yang sedang. Sedangkan variabel kultur sosial masyarakat dan afiliasi etnis tidak memiliki hubungan terhadap variabel figur calon walikota kota Padang mendatang.

Penelitian ini membutuhkan penelitian lanjutan, karena masih ada variabel lain yang dapat dijadikan sebagai faktor dominan yang mempengaruhi perilaku memilih masyarakat kota Padang terhadap figur calon walikota kota Padang mendatang. Rahman Al Amin, 00193006, Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Andalas. Judul Skripsi : Penyebab Kekalahan Pasangan Incumbent ( Masriadi Martunus dan Nafriadi Hamdi ) Pada Pilkada Bupati Tanah Datar Tahun 2005.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyebab kekalahan pasangan incumbent Masriadi Martunus dan Nafriadi Hamdi adalah pertama Electoral Regulation Yaitu proses pencalonan melalui partai politik, kedua Electoral Proses ini tidak bagusnya kinerja dan strategi tim sukses serta peran partai pendukung, kemudian Electoral Law Enforcement adalah lemahnya penegakan hukum selama pilkada serta buruknya kinerja Panwaslu. Disamping hal diatas, penyebab lain yang menyebabkan kekalahan pasangan ini yaitu masalah figur pasangan dan komukasi politik.

II.2 Pendekatan Teoritis yang Di Gunakan

A. Oreantasi Pasar
Dalam iklim persaingan, entitas yang melakukan persaingan harus mengahadapi kenyataan bahwa mereka bersaing untuk memperebutkan konsumen, untuk memenangkan persaingan dalam politik, partai harus memuaskan kebutuhan masyarakat luas, kebutuhan yang di maksud tentu kebutuhan politik, masyarakat membutuhkan produk politik seperti program kerja, idiologi, harapan dan figure pemimpin yang dapat memberikan rasa pasti untuk menghadapi masa depan, tidak hanya itu, politik juga harus mampu menyakinkan, masyarakat bahwa inilah cara yang dapat menyelesaikan masalah pada masa kini.

B. Orentasi Persaingan
Kondisi multi partai semakin meningkatkan kesadaran akan persaingan yang sehat, bebas kolosi dan intervensi pemerintah terbukti telah membuat partai partai politik mengahadapi kenyataan bahwa mereka harus bersaing langsung dengan para lawan atau pesaing. Persaingan sangat di butuhkan oleh partai politik karena beberapa hal.

Pertama melalui persangan partai dapat mengevaluasi secara objektif apakah yang mereka lakukan sudah benar atau tidak, benar atau tidaknya di lihat melalui perolehan suara sendiri jika di bandingkan dengan rival utama mereka, apabila perolehan suara mereka lebih tinggi di bandingkan dengan rival, apabila perolehan suara lebih tinggi di bandingkan dengan pesaing utama, berarti pemilih partai tersebut memiliki nilai di bandingan dengan yang lain, persaingan di butuhkan untuk terus memotivasi partai politik agar berusaha lebih bagus dan tidak mudah puas dengan apa yang telah di raih.

C. Oreantasi konsumen
Hal penting ang harus di miliki oleh partai adalah kemampuan alam menilai dan mengevaluasi siapa konsumen mereka . Pemilih menurut popkin (1994) akan memilih partai atau kandidit yang memiliki kedekatan idiologidan kebijakan. Partai atau kandidat harus memiliki hubungan erat terkait aktivitas dengan masyarakat , konsumen dalam hal ini masyarakat harus di tampung aspirasinya dan di terjemahkan dalam bentuk program kerja, masyarakat adalah inspirasi dan ide untuk mengetahui apa yang di butuhkan oleh masyarakat.

D. Marketing Politik Dan Industri Citra
Misalnya saja dengan tampil menjadi pembicara di sebuah forum yang diselenggarakan pihak lain, menjadi sponsor gerakan anti narkoba, turut berpartisipasi dalam pertandingan olahraga disebuah daerah kantung pemilih dan lain-lain. Ketiga, tie-in publicity yakni dengan memanfaatkan extra ordinary news (kejadian sangat luat biasa). Misalnya saja peristiwa tsunami, gempa bumi atau banjir bandang.

Kandidat dapat mencitrakan diri sebagai orang atau partai yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi sehingga imbasnya memperoleh simpati khalayak. Sebuah peristiwa luar biasa, dengan sendirinya memikat media untuk meliput.

Sehingga partisipasi dalam peristiwa semacam itu, sangat menguntungkan kandidat. Keempat, paid publicity sebagai cara mempopulerkan diri lewat pembelian rubrik atau program di media massa. Misalnya, pemasangan advertorial, Iklan spot, iklan kolom, display atau pun juga blocking time program di media massa. Secara sederhananya dengan menyediakan anggaran khusus untuk belanja media.

Dalam perspektif penulis, di era industri citra sekarang ini, berbagai langkah untuk memasarkan diri sebagai upaya sosialisasi politik merupakan hal yang lumrah dan sudah seharusnya demikian. Berbagai jenis media publisitas dapat digunakan secara elegan.

Maksud elegan di sini artinya kandidat tidak merusak tatanan dengan membuat seruan, ajakan, atau justru intimidasi secara eksplisit untuk mencoblos. Seruan ekplisit mencoblos hanya digunakan saat masa kampanye berlaku.

Mempersuasi tidak harus selalu menunjukan nomor atau kalimat ajakan mencoblos melainkan dengan cara memalingkan perhatian publik, lalu membuat diri mereka memiliki kepentingan dan hasrat yang sama, mengarahkan orang untuk menimbang kelebihan kandidat yang akan menjadi bekal keputusan mereka saat memilih. Semakin besar kesamaan dalam hal keyakinan, nilai-nilai dan ekspektasi khalayak maka semakin besar pula peluang kandidat memenangkan pertempuran.

D. Marketing Politik, Ajakan Bergabung
Masyarakat luas masih banyak yang mempunyai persepsi negatif terhadap istilah marketing politik.

Hal ini bisa terjadi karena marketing politik diidentifikasikan sebagai penjualan sebuah produk industri dan bahkan sebagian orang menganggap marketing politik sebagai bentuk dari Komersialisasi atau Amerikanisasi politik.

Sesungguhnya marketing politik sudah lama berjalan di Indonesia, seperti di jaman orde baru banyak spanduk-spanduk berisi tentang ajakan bergabung untuk mengikuti tabligh akbar atau musyawarah daerah dll, dipasang besar-besaran di tempat-tempat yang strategis.

Lebih jauh, marketing hari ini tidak lagi hanya berbicara tentang jual menjual barang, melainkan di sana terkait dengan masalah produk development, image building, inovasi, pemahaman terhadap konsumen dan sampai pada proses-proses yang sifatnya relasional. Dan oleh karena itu, marketing dipakai di banyak aktivitas, seperti di Gereja, Museum, Rumah Sakit dan juga di dalam politik.

E. Marketing Politik Instrumen Kemenangan
Marketing baru signifikan, jika di sana terdapat persaingan. Untuk memenangkan persaingan diperlukan instrumen dan marketing menyediakan berbagai instrumen yang diperlukan untuk memenangkan persaingan tersebut.

Dan bagi partai politik serta politisi persaingan menjadi menu utama. Berangkat dari sana, maka marketing politik bagi partai politik dan politisi mejadi alat yang cukup penting. Di era global, marketing politik menjadi hal yang tak dapat lagi ditinggalkan, pertanyaannya adalah sejauh mana partai politik dan politisi mampu membuat marketing politik yang efektif.

Struktur masyarakat telah berubah secara dinamis, dimana masyarakat lebih mandiri, transparan, mobilitasnya tinggi, mempunyai peluang untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi yang sangat besar dan dengan biaya yang terjangkau.

Agar marketing politik dapat efektif, maka partai politik atau politisi harus mampu merumuskan satu fokus atas sasaran yang akan dituju. Partai politik harus mampu mengenali konstituennya, simpatisannya dan terus menerus mengamati apa yang dilakukan oleh para pesaingnya.

Dengan demikian, maka partai politik akan mampu merumuskan ”Citra Target” yang diinginkan dan mempunyai fokus dalam membidik targetnya. Partai politik harus mampu membuat komunikasi politik sesuai dengan karakter masyarakat yang sedang menjadi target. Apabila target yang akan dicapai adalah para petani, maka tema yang dibicarakan lebih banyak berkisar soal-soal pertanian, seperti pupuk.

Dan untuk meyakinkan mereka atas produk politik yang harus mereka pilih, maka partai politik tidak cukup berkampanye jika mendekati pemilu saja, melainkan kampanye harus dilakukan secara permanen, kontinyu dan berkesinambungan atau dapat disebut kampanye politik. Sebelumnya, masyarakat kekurangan informasi politik, tetapi saat ini masyarakat telah kebanjiran informasi politik.

Dalam situasi semacam ini, partai politik harus pandai-pandai mengemas informasi politik, sehingga informasi politik tersebut dapat diterima dengan baik oleh publik yang menjadi sasaran pembentukan citra.

Citra dalam politik memegang peran yang sangat besar. Apabila citra seseorang sudah terlanjur rusak, maka sangat sulit untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, dalam pencitraan, semua harus dihitung dengan akurasi dan presisi tinggi. Dan citra partai tidak ada gunanya, apabila tidak dibarengi dengan kondisi riil di dalam partai politik itu sendiri. Sejatinya marketing dan politik adalah dua disiplin ilmu yang bertolak-belakang.

Rasionalitas marketing mengacu pada persaingan dengan tujuan memenangkannya secara efektif. Pada titik ini marketing menjadi media untuk meraih keuntungan semaksimal mungkin. Sebaliknya rasionalitas politik bergerak pada tataran poses menciptakan tatanan masyarakat yang ideal melalui sistematisasi perebutan kekuasaan.

Pada sisi lain, kelompok kontra menganggap aplikasi marketing pada konteks politik justru menimbulkan kegamangan normatif dalam konteks komersialisasi politik. Mereka mendasarkan pada filosofi marketing yang bergerak pada aras pengejaran keuntungan belaka. Kondisi ini pada akhirnya akan membuat kerusakan sistem sosial yang seharusnya terdiri dari spesialisasi fungsi (Parson, 1971).

F. Marketing Politik : Antara Pemahaman Dan Realitas
Kekhawatiran akan rusaknya sistem sosial akibat perkawinan ini tampaknya ingin disanggah oleh Firmanzah dengan mengutip statement A. O’Cass yang berkisar pada kontekstualitas marketing. Marketing kata O’Cass secara filosofis menjadi suatu tools untuk mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat (baca: pemilih).

Dengan demikian, aplikasi marketing dalam politik justru membantu para kontestan ataupun partai politik untuk mengetahui aspirasi masyarakat secara komprehensif. Hal ini pada akhirnya akan memudahkan parpol atau kontestan untuk menyusun platform-nya ketika berkampanye ataupun setelah berkuasa.

G. Pendekatan Oreantasi Pemilih
Mencoba memahami faktor faktor yang melatar belakangi mengapa dan bagaimana pemilih menyuarakan pendapatnya adalah sesuatu yang sangat penting, baik dalam teori maupun dalam prakteknya, salah satu model psikologis yang di gunakan untuk menganalisis prilaku pemilih untuk menentukan pilihanya adalah model kesamaan (Similiritiy) dan daya tarik (Attaction) . Menurut model ini setiap individu akan tertarik pada sesuatu hal atau seseorang yang memiliki sistem nilai dan keyakinan yang sama dengan dirinya sendiri.

Dalam dunia politik berarti ketertarikan pemilih kepada konstestan merupakan fungsi dari beberapa besar derajat kesamaan idiologi dan tujuan yang ingin di capai oleh kedua belah pihak. Artinya adalah, semakin besar kesamaaan antara idiologis dengan program kerja maka akan sebagai besar ketertarikan individu dengan konstestan pemilih .

Terdapat ada dua hal yang meski di lakukan oleh konstestan. Pertama, konstestan pemilu berusaha memetakan dan kemudian mencoba memahami kharateristik kelompok atau individu dalam masyarakat.

Kedua, kesamaan kharateristik akan dapat di pergunakan sebagai instrumen untuk mencari pendukung . Tema kampanye dan slogan politik harus memiliki derajat kesamaan yang tinggi terhadap apa yang di pahami oleh masyarakat agar masyarakat tertarik dengan kandidat.

H. Orientasi ”Policy-Problem-Solving”
Mempelajari pengaruh dan isu dan masalah dalam proses pengambilan keputusan . Mereka menyimpulkan dalam studi mereka adalah, pemilih menaruh perhatian yang tinggi terhadap atas cara konstestan (Partai politik calon pemimpin) dalam menawarkan solusi sebuah permasalahan, semakin bisa seseorang membungkus bagaimana menawarkan sebuah solusi besar dalam sebuah permasalahan, semakin tinggi pula probabilitas untuk di pilih oleh para pemilih.

Para pemilih mempunyai kecenderungan untuk tidak memilih partai partai atau calon pemimpin yang kurang menawarkan program kerja dan hanya mengandalkan jargon jargon politik, Untuk mempromosikan program kerja yang telah terlaksana atau yang akan di jalankan di gunakan instrumen atau mengandeng media massa secara luas, karena tidak cukup hanya mengandalkan jalur jalur partai.

II.3 DAFTAR ISTILAH
3.1 MARKETING
Marketing adalah disiplin yang menghubungkan antara produsen dan konsumen, hubungan antara marketing tidak hanya terjadi satu arah, intinya adalah marketing bagaimana kemudian menyakinkan konsumen bahwa produk yang di jual memang memiliki kualitas yang baik di bandingkan dengan produk yang di jajakan oleh pesaing.

Ilmu marketing adalah sebagai cabang ilmu ekonomi yang merupakan konstruksi social banyak sekali institusi (Asosiasi marketing, clup marketing, sekolah marketing ) Marketing telah berkembang pesat di kalangan yang lebih luas , tidak hanya pada tataran akademisi , hamper di pastikan bahwa setiap aspek kehidupan tidak terlepas dari aktifitas marketing , mulai dari iklan yang kita lihat di TV , di majalah, diskon, di supermarket, papan reklame yang kita lihat ketika melintasi jalan, mencoba mencicipi pizza di supermarket.

Ilmu marketing mengalami perembesan ke segala bidang , tadinya marketing hanya ddomain bagi perusahaan yang mencari laba. Namun lainhalnya sei8ring dari bertambah ilmu dan pengetahuan manusia, tapi sekarang telah di terapkan pada semua bentuk usaha atau institusi nirlaba,LSM, mesjid, mesium dan perpustakaan.

3.2 Politik
Politik adalah bagaimana mencari kekausaan mempertahankan kekuasaan untuk mencapai tujuan tertentu,Sementara ilmu politik adalah ilmu yang bertujuan untuk mencaiptakan tatanan masyarakat melalui sistematisasi perebutan kekuasaan. Secara hakiki, politik berkaitan dengan upaya untuk mendapatkan konotasi yang buruk dalam bahasa bahasa dunia.Politik kerap kali didefinisikan sebagi “who gets what and when”. Sebuah upaya untuk mencapai kekuasaan, yang sejatinya memang mengiurkan setiap orang.

Tak bisa dimungkiri, Bangsa Indonesia yang sudah bersepakat untuk belajar demokrasi melalui pemilihan langsung baik di tingkat pusat maupun daerah, sedang mengalami gegap gempita dan euporia pesta demokrasi.

Bak permainan baru yang sedang digemari, energi masyarakat, banyak yang tersedot ke dalam rivalitas politik yang kian mengharu biru Sementara ilmu politik adalah ilmu yang bertujuan untuk mencaiptakan tatanan masyarakat melalui sistematisasi perebutan kekuasaan.

Secara hakiki, politik berkaitan dengan upaya untuk mendapatkan konotasi yang buruk dalam bahasa bahasa dunia. Politik sama halnya dengan strategi atau siyasah dalam kamuns bahasa arab, mengunakan banyak cara untuk mencapai kekuasaan (Power) Politik adalah ilmu yang awalnya mulia.

Sebagaimana tersurat dan tersirat, kata “politik” yang berasal dari kata Yunani mempunyai makna yang berkaitan dengan serba “keteraturan, keindahan, kesopanan, bagi sebuah warga kota”.

Maka tugas utama polisi, kata yang serumpun dengan politik, adalah menjaga keteraturan dan ke indahan kota (polis) sehinga prilaku polisi harus selalu santun (polite). Pada level ketatanegaraan, keteraturan dan kesantunan hidup bersama itu di perjuangkan dan di jaga politisi.

Aristoteles Mungkin paling di kenal karena penegasanya bahwa manusia adalah“Zoon politicon”, binatang politik frasa manusia adalah binatang politik menceminkan minat Aristoteles dalam hal-hal yang bersifat praktis, tidak seperti pembimbingnya, Plato, Aristoteles tidak percaya akan prioritas bentuk-bentuk abstarak.

Politik secara khusus bersifat praktis karena ia berurusan dengan penghadiran harmoni tatanan kota lewat tindakan tindakan berbagai individu. Sementara ilmu politik adalah ilmu yang bertujuan untuk mencaiptakan tatanan masyarakat melalui sistematisasi perebutan kekuasaan. Secara hakiki, politik berkaitan dengan upaya untuk mendapatkan konotasi yang buruk dalam bahasa bahasa dunia.

3.3 Marketing Politik
Marketing politik adalah suatu cabang atau ranting ilmu sosial interdispliener, ilmu marketing dan ilmu politik seperti halnya dalam perpaduan antara percabangan ilmu sosial lainnya.

Namun yang jelas kedua cabang ilmu tersebut memiliki karakhteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain. Ilmu marketing berangkat dari kondisi persaingan bagaimana suatu usaha memenangkan persaingan di pasar, agar produk lebih unggul dan kompetitif di bandingkan dengan para pesaingnya.

Sementara ilmu politik adalah ilmu yang bertujuan untuk mencaiptakan tatanan masyarakat melalui sistematisasi perebutan kekuasaan. Secara hakiki, politik berkaitan dengan upaya untuk mendapatkan konotasi yang buruk dalam bahasa bahasa dunia.

Namun yang jelas marketing politik adalah perkawinan silang yang menghasilkan studi baru dalam politik, dan ekonomi, Tidak bisa kita pungkiri antara politik dan ekonomi saling bergantung, tidak akan mampu menang dalam politik kalau tidak didukung oleh ekonomi yang matang. Dan sebaliknya tidak akan berjalan ekonomi ketika kondisi politik tidak aman, seperti peperangan, kekacauan yang menghancurkan manusia.

3.4 Partai Politik
Sebelum beranjak pada pengertian partai politik, perlu dipahami maksud dari politik itu sendiri. Dari pemahaman yang beragam sudut pandang tentang politik, penelitian ini melihat politik sebagai kegiatan mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Hal-ihwal yang menyangkut kekuasaan dalam masyarakat yakni sifat, hakekat, dasar, proses, ruang lingkup dan hasil-hasil kekuasaan.

Dirumuskan ilmu politik sebagai yang memusatkan perhatian pada perjuangan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan, mempengaruhi pihak lain, atau pun menentang pelaksanaan kekuasaan. Pandangan fungsionalisme menyatakan bahwa politik merupakan kegiatan para elit politik dalam mempengaruhi pemerintah, membuat dan melaksanakan kebijakan umum Who gets what, when and how. Diantara para ilmuwan yang menggunakan kacamata pandangan ini adalah David Easton dan Harold Lasswell.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa politik itu bersifat mempelajari kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang tak resmi (elit politik dll) mempengaruhi negara.

Politik adalah siapa memperolah apa, kapan dan bagaimana; pembagian nilai-nilai yang berwenang; kekuasaan dan pemegang kekuasaan; pengaruh; tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan dan atau memperluas tindakan lain. Partai politik adalah suatu kelompok yang teorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi nilai dan cita-cita yang sama.

Kelompok ini bertujuan untuk meraih kekuatan politik dan merebut kedudukan politik. Kelompok ini mempunyai kapasitas untuk mengajukan calon-calon bagi jabatan-jabatan publik untuk dipilih rakyat (bersaing untuk mendapat dukungan rakyat) sehingga dapat mengontrol dan mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintah.

Ada belbagai definisi politik yang diberikan oleh para ilmuwan politik. Carl Friedrich memberikan batasan partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisasikan secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin partainya, dan berdasarkan kekuasaan itu akan memberikan kegunaan materiil dan idiil kepada para anggotanya.
 Dalam bukunya Ekonnomie Et Societie, Marx weber memberikan defenisi tentang partai politik, menurutnya partai politik adalah organisasi publik yang bertujuan untuk membawa pemimpinnya berkuasa dan memungkinkan para pendukungnya (politisi) untuk mendapatkan keuntungan dari dukungan tersebut.

Dengan demikian uraian diatas dapat dirumuskan bahwa partai politik merupakan kelompok anggota yang terorganisasi secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna melaksanakan alternative kebijakan umum yang mereka susun.

Alternative kebijakan umum yang disusun ini merupakan hasil pemaduan berbagai kepentingan yang hidup dalam masyarakat, sedangkan cara mencari dan mempertahankan kekuasaan guna melaksanakan kebijakan umum dapat melalui pemilihan umum dan cara-cara lain yang sah.

Dari beberapa defenisi diatas parai politik dewasa ini bisa diidentifikasikan kedalam bebrapa karakteristik dasar yang melekat pda partai politik, yaitu:

1. Organisasi jangka panjang. 
Partai politik harus bersifat jangka panjang, diharapkan dapat terus hadir meskipun pendirinya sudah tidak ada lagi. Partai politik bukan hanya sekedar gabungan dari pendukung yang setia dari kepemimpinan karismatik. Partai politik hanya akan berfungsi dengan baik sebagai organisasi ketika ada sistem dan prosedur yang mengatur aktivitas organisasi dan mekanisme suksesi yang dapat menjamin keberlangsungan partai politik untuk jangka waktu yang lama.

2. Struktur organisasi.
Partai politik hanya akan mampu menjalankan fungsi politiknya apabila didukung oleh struktur organisasi mulai dari tingkat lokal sampai nasional dan ada pola interaksi yang teratur diantara keduanya. Struktur organisasi partai politik yang sistematis dapat menjamin aliran informasi dari bawah keatas maupun dari atas ke bawah sehingga akan meningkatkan efesiensi dan efektivitas kontrol dan koordinasi.

3. Tujuan berkuasa.
Partai politik didirika untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan, bai ditingkat lokal maupun ditingkat nasional.

4. Dukungan pulik yang luas adalah cara untuk mendapatkan kekuasaan.
Partai politik perlu mendapatkan dukungan luas dari masyarakat dan dukungan inilah yang menjadi sumber lgitimasi untuk berkuasa. Karakteriktik inilah menunjukkan bahwa partai politik harus mampu diterima oleh mayoritas masyarakat dan sanggup memobilisasi sebanyak mungkin elemen masyarakat.

3.5 Pemilu
Pemilu adalah pesta demokrasi, berbicara pemilu maka yang terbayang di depan mata kita adalah pemilihan Legislatif, Pemilihan presiden, Tak ada demokrasi tanpa pemilu. Tak ada pemilu tanpa partai dan tidak ada tanpa voting, pemilu dan partai politik selalu menciptakan suasana ingar, bingar, gaduh, tegang dan konflik dan bahkan politk mengangu perekonomian, namun juga banyak menyimpan harapan bagi kemajuan dan perbaikan sebuah bangsa dan negara. Pendeknya pemilu sebagai jembatan emas yang licin, penuh jebakan. Akan kita lulus dari jebakan pemilu 2009.

Perjuangan Demokrasi memang mahal, membutuhkan dana besar, kesabaran, dan partisipasi rakyat, lembaga parpol yang sehat, tersedianya politisi yang handal baik dari aspek kompetensi maupun integritas. Di negara manapun yang mengamalkan demokrasi, kredibelitas penguasa diuji lewat Pemilu. Khusus di negara-negara berkembang (Afrika dan Asia) pelaksanaan demokrasi sangat labil.

Artinya, jika negara tersebut di tangan junta militer, maka Pemilu dilaksanakan dibawah tekanan, intimidasi, kekerasan dan menghalakan segala cara untuk mempertahankan kekuasaan. Jika kuasa di tangan orang sipil, maka para politisi gadungan lincah membodohi rakyat dengan beraneka-ragam propaganda.

Rakyat yang kebanyakan buta politik dan dililit kemiskinan, selamanya menjadi mangsa rezim junta militer dan rezim sipil gadungan (nyanmar). Anehnya, masyarakat model ini percaya, bahwa jantung mereka tidak bisa berdenyut tanpa penguasa, walapun penguasa tersebut menipu dan mendzhaliminya.

Namun di sisi lain ternyata pemilu juga menyimpan bom waktu yang bisa menghancurkan kita semua, bila rakyat salah pilih partai maupun figur politik yang ternyata busuk dan tidak setia memegang amanah rakyat. Kita bayangkan orang yang tidak bermoral busuk, kompetensi minus hanya yang menjadi obsesinya adalah popularitas jabatan serta akan mencuri dan menjual aset negara.

Seringkali kita mendengar ucapan bahwa pemilu merupakan "pendidikan politik". Itu memang benar. Tetapi biasanya maksudnya terbatas pada pendidikan politik "untuk rakyat", dan tidak jarang memang dikatakannya demikian.

Rasanya jarang orang menyadari bahwa pemilu sebagai pendidikan politik sama pentingnya bagi para politisi (elite politik) yang sering kedengaran sombong dan berlagak sok pintar, serta memandang rakyat bodoh dan mudah dikibuli, atau "belum siap" untuk ini atau itu, padahal mereka sendiri yang belum siap.

Pengalaman menghadapi Pemilu 2004 ini seharusnya menjadi pelajaran dan pendidikan politik bukan saja bagi rakyat yang sebagian besar di negeri ini memang belum cukup terdidik, tetapi tidak kalah pentingnya juga bagi para politisi dan calon politisi, yang memang menjadi bagian rakyat dan berambisi mulia untuk mewakili rakyat.

3.6 Pemilu Legislatif
Pemilu legislatif adalah pemilihan Dewan Perwakilan rakyat (DPR) Baik DPR Pusat Maupun DPRD, Pemilu legislatif adalah pemilu untuk melihat kekuatan partai politik dalam pemilu legislatif, Partai yang paling banyak memperoleh Kursi di Parlemen maka partai tersebut adalah partai pemenang pemilu legislatif.

Pemilu legislatif, pada tahun 2004 adalah sejarah bagi republik Indonesia, sebab wakil rakyat ini di pilih secara langsung oleh rakyat, ini adalah prestasi anak bangsa Republik indonesia, sebelumnya wakil rakyat tidak di pilih secara langsung oleh rakyat tapi berdasarkan kekuatan jumlah suara yang di peroleh oleh suara, Pernah juga di indonesia DPR adalah utusan fraksi fraksi, pemilihan legislatif, memang penuh dengan sangketa, kekerasan tapi yang jelas pada pemilu legislatif 2004, dan pemilu legislatif 2009 adalah pesta demokrasi yang paling fenomenal dan bersejarah bagi republik Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga Artikel Berikut Ini :

Bagaimana supaya Anda menang di PILEG bergantung dari anda membangun AUDIEN ANDA SENDIRI dan membangun DAYA AJAK yang kuat. Bagaimana Caranya?


Silahkan baca artikel-artikel pemenangan PILEG berikut ini :

  1. Persiapan Menyeluruh Untuk Pemenangan Anda di PILEG
  2. Inilah Penyebab Proses Pemenangan Dilakukan Serampangan
  3. Mau Nyaleg? Sempatkan Untuk Mempelajari Situasi dan Iklim Di Internal
  4. 12 Wilayah Rahasia Ini Jarang Semua Di Garap Caleg Dalam Marketing Politik
  5. Buku ini awalnya hanya untuk catatan pribadi saat jadi ketua tim sukses pileg 2009
  6. Mau Nyaleg? Sempatkan Untuk Mempelajari Situasi dan Iklim Di Internal
  7. Fenomena Partai Yang Seharusnya Jadi Cambuk Bikin Terus Perbaikan Internal Tanpa Kecuali
  8. Cari Pengurus Partai Ternyata Sulit. Bisa-bisa Kelimpungan
  9. Buku : Kunang-kunang Pemenangan Pemilu
  10. Inilah Penyebab Proses Pemenangan Dilakukan Serampangan
  11. Mendalami Pemilih Pragmatis
  12. Bagi Caleg Kendala Vital Untuk Menang Pileg Sebenarnya Hanya Satu
  13. Jangan Salah Pendekatan, Efeknya Fatal Untuk Kemenangan Sang Caleg
  14. 10 Bahaya Pragmatis Yang Mungkin Jarang Dipikirkan Serius Efeknya Sangat Berbahaya
  15. Semua Inti Tulisan Pemenangan Pileg Tentang Hal Ini, Apa Saja?
  16. Bila Nyaleg Jangan Kalah Sama Tukang Sayur Keliling
  17. Bukan Yang Terbaik Tapi.....
  18. Asyikkkk!!!!Tulisan Saya Di Muat dan Di Sebar
  19. Cara Menang Mutlak di Pileg
  20. Persiapan Menang Nyaleg Di Pileg 2019
  21. Berbekal Sejak Dini, Dengan Strategi Pemenangan Yang Ampuh
  22. Mendalami 2 Jenis Pemilih Pragmatis, Anda Jangan Terperangkap
  23. 6 Penyebab Yang Menjadikan Terpaksa Harus Pragmatis
  24. 5 Hal Ini Sepertinya Harus Ada Pada Caleg Supaya Tak Beresiko Besar
  25. Caleg Harus Siaga Diri Mengamankan Diri, Aman dari Sisi Ini

============================

Lanjutkan ke SESI 2 : Klik disini!

-------------------------------------------------